Sunday, May 25, 2008

Healing A Broken Heart

Beep beep… sebuah pesan masuk ke Hp, ternyata dari salah satu sahabat, sebut saja Cindy.
Pesan itu berbunyi, “Rey ngajak gue nonton. Gimana ya, terima ngga? Kalo buat having fun aja sih oke, tapi gue takut ada efeknya buat gue”.
Refleks, saya menekan tombol reply dan langsung mengetik cepat pada keypad Hp, “Terserah lo aja. Cuma lo yang tau, ada efeknya atau enggak buat hati lo”… send.


Hhhhh….saya hanya bisa menghela napas panjang.
Saya ingat terakhir kali Cindy bercerita pada saya tentang kisah cintanya kira-kira sekitar bulan Oktober 2007. Saat itu untuk pertama kalinya dia mengakui bahwa dia sedang dalam dilema. Dia jatuh cinta pada rekan sekantornya, Rey. Lalu, apa yang salah sehingga dia mengalami dilema?
Rey adalah pria single, tapi…”not available”, dengan kata lain, Rey sudah memiliki pacar dan sudah menjalin hubungan selama kurang lebih 4 tahun, dan sedang dalam tahap menuju ke jenjang pernikahan. Namun, Cindy dan Rey mengakui bahwa kedekatan mereka bukan sekedar teman biasa, ada perasaan lain yang mulai tumbuh diantara mereka….cinta.

“Gue takut karma”, Cindy menjelaskan mengapa dia dilema. “Dan gue, ga mau merusak hubungan orang lain”, lanjutnya.
“Tapi sulit sekali menghentikan perasaan ini, gue nyaman dan menikmati saat-saat bersama dia.”
“Hhhhh…….” Cindy menghela napasnya.

Yah…Cindy dan Rey menjadi dekat awalnya karena tugas kantor yang membuat mereka sering bersama. Ditambah dengan kos mereka yang berdekatan dan membuat mereka seringkali pulang bareng, lalu dilanjutkan dengan ngobrol di kos Cindy berjam-jam. Terkadang, pada hari-hari kerja, mereka nonton atau jalan bersama. Namun, pada waktu weekend, Cindy menghabiskan waktunya sendirian, sedangkan Rey kembali menunaikan perannya sebagai pacar kekasihnya.
Ironis sekali.

Pada waktu itu, saya bertanya pada Cindy…apakah Rey mengakui bahwa dia pun memiliki perasaan yang sama terhadap Cindy?
Dan pada waktu itu Cindy mengatakan Rey mengakuinya. Namun, Rey adalah seorang pria yang sangat-sangat baik menurut Cindy, sehingga dia tidak akan pernah tega memutuskan kekasih yang sudah menjalin hubungan dengannya selama 4 tahun.
Namun, Rey juga tidak bisa bersikap sebagai teman biasa terhadap Cindy.
Halah….halah…..ribet banget yaaaa…… Mau nya apa sih yaaaa……

Akhirnya saya memberikan pandangan saya (yang dianggap ekstrem oleh Cindy…hahaha)
Saya hanya mengatakan, sebenarnya, saya setuju pepatah, “Sebelum janur kuning melengkung, masih milik umum.” Saya tau, bagi sebagian besar orang, hal ini bisa dihujat, karena menyakiti hati / perasaan orang lain. Sebenarnya, tidak ada seorang pun yang ingin dikhianati, meskipun masih dalam tahap berpacaran.

Saya menjelaskan kepada Cindy, mengapa saya menyetujui pepatah itu.
Saya mengatakan kepada Cindy, “Sekarang mari kita coba pikirkan. Lo cinta Rey, dan Rey pun mengakui jatuh cinta sama lo, betul kan?” Cindy mengangguk tanda mengiyakan.
“Nah, seharusnya, kalian berdua bahagia.”
“Tapi, kalian berdua mengorbankan kebahagiaan itu…dengan alasan tidak ingin menyakiti kekasih Rey.”
“It’s okay, tujuan yang mulia, karena dengan demikian, dari 3 orang yg terlibat, meskipun ada 2 org yg tidak bahagia, namun 1 orang bahagia.”
Cindy tersenyum.
“Pertanyaannya selanjutnya Cin…. Kamu yakin, pacarnya Rey akan tetap bahagia kalau seandainya nanti mereka jadi menikah?”
“Yeah…why not?” Ada nada bingung dalam suara Cindy.
“Hmm….kalau begitu, mari kita berharap, Rey sungguh-sungguh dapat melupakan lo dalam hidupnya di masa depan.” Saya terdiam sejenak, lalu dengan pelan berkata,”Karena bila tidak, maka dari 3 org yang terlibat tadi…semuanya tidak ada yang berbahagai pada akhirnya.”

Saya mengingat dengan jelas…obrolan kami malam itu berakhir dengan komitmen Cindy untuk mengajak Rey bicara secara serius tentang kelanjutan hubungan mereka. Dan apabila Rey memilih untuk tetap bersama kekasihnya, maka Cindy memutuskan untuk mengatakan pada Rey bahwa dia tidak ingin menjalin kontak lagi dengan Rey diluar hubungan sebagai rekan kerja.

Hhhhh….dari ingatan masa lalu, pikiran saya kembali ke masa kini.
Setahu saya, Rey akhirnya memutuskan untuk tetap bersama kekasihnya. Sedangkan antara Cindy dan Rey, setelah dengan berdarah-darah dan bolak balik diem, terus bicara lagi..diem lagi..bicara lagi…masing-masing rasanya tidak mampu untuk memisahkan diri satu sama lain.
Minggu lalu, saya ingat dengan jelas, ketika secara tidak sengaja, saya memperhatikan Cindy dari meja kerja. Dan bahasa tubuhnya saat itu menunjukkan kegundahan hatinya dan dari layar komputernya, terlihat jendala Yahoo Messenger. Hmm…saya tau, dia pasti sedang chatting dengan Rey.

Setelah saya bertanya, “What’s up pal?”
Cindy menjawab cepat melalui Yahoo Messenger, yang intinya, dia sudah sampai pada taraf tidak mampu lagi dan memutuskan untuk berhubungan sama sekali dengan Rey, meskipun Rey marah atau tidak setuju dan tetap mencoba untuk menghubunginya.
Saat itu saya hanya mengatakan secara singkat, “Guud…”

Tapiiii…..lhaaa…kok sekarang ya masih bingung mau terima ajakan nonton atau ngga..??!@##$??
Hmmm, saya setuju pendapat yang seringkali mengatakan, “Kalau udah urusan hati…perasaan….suuusssyyyaaaahhhh deh.”
Yup…bener banget.

Sebenarnya, kadangkala kita terlalu mengasihani diri sendiri…senang berada dalam “penyiksaan”, terpuruk dalam “kubangan” kesedihan dan “menikmati” penderitaan.
Tidak tegas terhadap diri sendiri?
Mungkin iya.

Kepada seorang teman yang pernah curhat dan menceritakan kisahnya mengalami “hati yang luka”, saya pernah berkata, “Sebenarnya, dalam mengobati luka, ada 2 cara.”
“Yang pertama, diamputasi…dan yang kedua, diobati secara intensif.”

Cara pengobatan yang bagaimana yang harus ditempuh, tergantung dari kondisi dan situasi.
Kalau memang luka akan membahayakan bila tidak diamputasi..maka, amputasilah jalan terbaik.
Sebaliknya, bila dapat diobati, maka lakukan pengobatan secara intensif.
Adakalanya, dalam mengalami “luka hati”, tersedia pilihan : “amputasi” atau “obati secara perlahan-lahan”.
Amputasi adalah cara yang terlihat “mengerikan” dan “tidak dikehendaki”
Amputasi akan menimbulkan rasa sakit sekali, lalu selesai. Resikonya adalah, tentunya ada yang “hilang”. Dan kehilangan ini tetap akan membuat hati kita tidak akan pernah sama seperti dulu lagi. Namun hal-hal dari luka tersebut yang mungkin di waktu yg akan datang akan “membahayakan” hati kita sudah di buang sama sekali.
Sanggupkah kita sungguh-sungguh “meninggalkan” hal-hal yang pernah menjadi kenangan indah yang kemudian melukai hati kita? Tidak berhubungan sama sekali dengan orang yang pernah atau bahkan mungkin masih kita cintai?

Cara kedua, mengobati secara perlahan-lahan.
Luka yang diobati secara perlahan-lahan, jelas membutuhkan kesabaran dan ketahanan yang luar biasa.
Setiap kali diobati...rasa sakit akan masih terus terasa berulang-ulang, sampai lama kelamaan berkurang dan menjadi sembuh.
Membutuhkan kesabaran, karena kita harus menyembuhkan luka hati dengan perlahan-lahan.
Butuh ketahanan, karena kita masih bersama-sama dengan penyebab luka tersebut.
Terus bersama-sama dengan orang yang pernah atau masih kita cintai sementara kita tidak dapat memilikinya adalah hal yang sangat menyakitkan.

Cara mana yang anda pilih?
Seringkali yang terjadi adalah, kita mengatakan memilih cara kedua.
Tapi…kita tidak melakukan apa-apa untuk mengobati luka.
Mengobati dilakukan dengan cara, mencari obat yang tepat, membelinya, lalu meneteskan obat itu ke luka meskipun perih, membersihkan luka bila terjadi infeksi, merawat luka, mengganti perban..terus menerus sampai luka itu sembuh.
Seringkali, meski memilih cara kedua, kita enggan meneteskan obat karena takut pada rasa perihnya.
Malas membersihkan luka, mengganti perban karena “menikmati” memiliki luka itu.
Lantas, apabila luka itu menjadi borok, menyebar kemana-mana dan memperparah hati kita….siapa yang salah dalam hal ini?

Cara manapun yang kita pilih, semuanya membutuhkan komitmen kita, baik dalam menjalani maupun menanggung resikonya.
Anyway… It takes a minute to like someone, and hour to love someone, but to forget someone takes a life time.

If someone you love hurts you cry a river, build a bridge, and get over it.



Selengkapnya...

Friday, May 9, 2008

Bubbyee...Rasta Boy....

American Idol Season 7 menyisakan 3 finalis : Syesha Mercado, David Cook & David Archuleta. Dengan demikian, minggu ini yang terpaksa tersingkir adalah Jason "Rasta" Castro.
Meskipun vocal Jason bukanlah yang terbaik, dan banyak yang tidak menyangka Jason akan bertahan sampai 4 besar, saya akui Jason memiliki suara yang khas, gaya yang khas, rambut yang khas dan senyum yang khas (terkadang membuat saya tersenyum menyaksikan penampilannya).

Sangat disayangkan bila pada detik ke-20 sejak mulai bernyanyi Jason "terpeleset" dengan mengubah lirik yang seharusnya : "Hey ! Mr Tambourine Man, play a song for me, In the jingle jangle morning I'll come followin' you", menjadi "Hey ! Mr Tambourine Man, play a song for me, In the a..a..a...a..a...a.. followin' you"
Dengan gaya santainya yang khas, Jason mengubah lirik yang terlupa sehingga nyaris saya berpikir dia melakukan variasi pada lagu yang dinyanyikan..... :-)
Yah, bagaimanapun lagu Mr.Tamboriune Man-nya Bob Dylan ini memang mempunyai lirik yang cukup panjang dan cukup sulit.


Berikut Mr.Tambourine yang telah membuat Jason "terpeleset"....



Hmmmm....bagaimana pun, Jason sudah berusaha memberikan yang terbaik dan selalu tampil apa adanya.
Great Job Jason !

Always remember your favourite quote :
"In the end, it will all be ok. If it's not ok, then it's not the end!"
Selengkapnya...

Friday, May 2, 2008

Goodbye Brooke White....

Saya termasuk penggemar acara American Idol yang pada tayangan hari Rabu dan Kamis ini sudah memasuki Season 7 Top 5. Tentunya pilihan untuk menentukan siapa yang harus meninggalkan arena semakin sulit. Dari Top 5 yang tersisa : Brooke White, David Archuleta, David Cook, Jason Castro dan Syesha Mercado, semuanya memiliki kelebihan dan kekhasan masing-masing.

Hhhhh....andaikata pemenang American Idol ada 5...
Akhirnya pada pengumuman hari Kamis ini untuk Top 5, yang terpaksa keluar kali ini adalah Brooke White...hiiiiiksssss..... sediiih...

Penampilan Brooke White di Top 5 Rabu malam kemarin :


Brooke salah satu favorite saya, performance-nya mampu membawa audience,baik ketika dia bermain piano, maupun gitar, baik ketika menyanyikan lagu dengan beat yang mellow maupun riang, meskipun sebagian berkomentar vocal Brooke standar saja..bagi saya tetap saja, Brooke easy to listen and very enjoying... :-)

Awalnya setelah melihat performance dari para Top 5 minggu ini, saya menduga Jason yang akan tersingkir, meskipun saya juga menyukai suara dan gayanya yang unik...
Yah bagaimanapun...ajang perlombaan seperti ini memang harus menyisihkan para calon jawara dan hanya menyisakan 1 jawara.

Berikut penampilan Brooke di Top 12 yang sempat mengaduk-aduk emosi audience dengan Lagu Let it Be -nya The Beatles.


So...it's time to Let you go Brooke....

Goodbye Brooke "the Nanny"...
keep on singing...I'm waiting for your CD to come out.. :-)
Selengkapnya...